Analisajatim.id |Jakarta,- Dalam upaya regenerasi pertanian, Kementerian Pertanian RI bersinergi dengan lembaga pendanaan pertanian internasional, International Fund for Agriculture Development (IFAD) mengembangkan Program Youth Entrepreneurship and Employment Support Services (YESS) di Indonesia.
Program YESS bertujuan mengembangkan generasi petani muda yang tidak hanya maju dalam praktik pertanian, juga mandiri dan modern dalam pengelolaan usahanya sebagai entitas bisnis modern.
Upaya Program YESS sejalan dengan arahan Menteri Pertanian RI Andi Amran Sulaiman untuk membangun ekosistem baru di sektor pertanian agar anak-anak muda mempunyai ruang untuk meraih laba selaku petani muda sekaligus wirausahawan muda pertanian, sehingga menarik lebih banyak generasi milenial ke sektor pertanian.
“Saya ingin agar anak-anak muda kita juga mau melirik pertanian sebagai sektor yang diunggulkan,” katanya dikutip Kamis (13/6/2024).
Senada dengan Mentan, Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian Kementan [BPPSDMP] Dedi Nursyamsi mengatakan melalui Program YESS akan mendukung terwujudnya regenerasi pertanian dan memacu kompetensi SDM pertanian.
“Program YESS sangat mendukung dalam pengembangan SDM pertanian. Memberdayakan pemuda tani memanfaatkan sumberdaya di pedesaan secara optimal, profesional, menguntungkan dan berkelanjutan,” katanya
Politeknik Pembangunan Pertanian [Polbangtan] khususnya Polbangtan Malang selaku Provincial Project Implementation Unit [PPIU] atau Pelaksana Program YESS di Provinsi Jawa Timur terus berupaya memperkuat kapasitas petani muda untuk berkolaborasi melalui Korporasi Petani Muda.
Guna mendukung pencapaian sasaran tersebut, bertempat di Gedung Karya Dharma Kabupaten Pacitan, Selasa [11/6], Kementan menggelar Focus Group Discussion [FGD] yang mempertemukan pemerintah daerah dengan 300 petani muda Penerima Manfaat Program YESS.
Kegiatan FGD membahas progres dan strategi penumbuhan kewirausahaan serta ketenagakerjaan pemuda di sektor pertanian. Hadir Sekretaris Daerah Pemkab Pacitan, Heru Wiwoho SP; Kepala Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura Pacitan, Sugeng Santoso, Direktur Polbangtan Malang, Setya Budhi Udrayana dan Project Manager PPIU Jatim, Acep Hariri beserta Tim Manajemen PPIU Jatim dan Tim DIT Pacitan.
Setya Budhi Udrayana menekankan pentingnya dukungan pemerintah daerah dan organisasi perangkat daerah [OPD] untuk memastikan keberlanjutan Program YESS dalam mendampingi dan membina petani muda.
“Penerima Manfaat dari Program YESS sudah didampingi dan dibina oleh tim YESS, sehingga diharapkan mampu mandiri, yang sudah mulai berkembang harus lebih baik dan lebih besar usahanya,” katanya.
Heru Wiwoho SP menegaskan komitmen Pemkab Pacitan dalam mengawal petani muda yang dibina oleh Program YESS agar berdampak bagi petani muda Pacitan lainnya.
“Kita akan mengawal petani muda yang sudah dibina oleh Program YESS dan Polbangtan Malang, tidak hanya selama program berlangsung juga setelah selesai,” katanya.
Project Manager PPIU Jatim, Acep Hariri menambahkan pentingnya kolaborasi antara petani muda, fasilitator muda, dan mobilizer untuk keberhasilan pengembangan korporasi petani muda di Pacitan.
“Korporasi bisa berjalan karena penerima manfaat, fasilitator dan mobilizer yang saling berkolaborasi. Keberhasilan petani muda dalam mengembangkan usaha mereka merupakan kebahagiaan bagi Tim YESS,” kata Acep Hariri.
Kegiatan FGD diisi testimoni inspiratif dari Penerima Manfaat Program YESS seperti Johan Edy mengisahkan bagaimana populasi ayam petelurnya berkembang pesat dan koperasi yang dipimpinnya berhasil membuka peluang usaha baru. Didukung 187 anggota dan mampu meraih laba signifikan.
“Awal 2023 sudah berdiri koperasi dengan beberapa bidang seperti kakao, pengadaan domba dan kambing, pengadaan pupuk non-subsidi dan cabai,” katanya.
Agus Rinoto, peternak bebek petelur, berbagi pengalaman tentang usahanya yang berawal dari 100 ekor bebek pada 2018, kini berkembang menjadi 1000 ekor dengan delapan kemitraan pada sejumlah kecamatan di Pacitan dengan kapasitas produksi mencapai 8000 butir per hari.
Sumarsih, pengusaha kopi, menceritakan transformasi usahanya dari pengolahan manual menjadi pengolahan modern berkat bantuan hibah kompetitif, kini omset usaha mencapai Rp15 juta per bulan. “Kami telah dibantu untuk promosinya sehingga produk kami bisa dikenal.”(Red)
Publisher Analisajatim