Analisajatim.id | Rencana Pemerintah Kabupaten Blora bekerja sama dengan Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) untuk membuka kampus di Blora patut diapresiasi dan didukung penuh. Di tengah semangat pemerataan akses pendidikan tinggi dan pembangunan berbasis wilayah, langkah strategis ini menjawab kerinduan masyarakat Blora terhadap kehadiran kampus negeri di daerahnya.
Namun belakangan, muncul wacana pemindahan lokasi kampus dari kawasan Blora kota (depan Pasar Sido Makmur) ke wilayah Cepu. Issue yang beredar, dinamika ini diduga dipicu oleh kekhawatiran dari beberapa Perguruan Tinggi Swasta (PTS) lokal yang merasa terancam oleh kehadiran kampus negeri. Kekhawatiran itu tentu hal yang wajar, namun jika dilihat secara lebih luas dan objektif, keberadaan kampus UNY justru berpotensi membawa sinergi, bukan kompetisi yang merugikan.
Pendidikan Adalah Hak, Bukan Monopoli
Perlu ditegaskan bahwa pendidikan tinggi adalah hak setiap warga negara. Kehadiran kampus negeri seperti UNY di Blora bukanlah bentuk penggusuran terhadap PTS lokal, melainkan upaya negara untuk mendekatkan layanan pendidikan kepada masyarakat. Selama ini, banyak siswa di Blora yang harus hijrah ke kota lain demi mengenyam pendidikan tinggi negeri. Bagi keluarga ekonomi menengah ke bawah, beban ini cukup berat. Maka, pendirian kampus UNY adalah solusi konkret untuk persoalan akses dan keadilan pendidikan.
Efek Domino Ekonomi dan Sosial
Kampus tidak hanya institusi pendidikan. Ia adalah motor penggerak ekonomi lokal. Ribuan mahasiswa yang nanti hadir akan menciptakan permintaan terhadap kos-kosan, makanan, transportasi, jasa pengetikan, toko buku, hingga tempat hiburan. Ini akan membuka lapangan kerja dan usaha baru, meningkatkan pendapatan warga sekitar, dan menggerakkan roda ekonomi daerah. Cepu atau Blora kota—manapun yang dipilih—pasti akan merasakan dampaknya. Maka, menolak kehadiran kampus negeri sama saja dengan menutup peluang pertumbuhan ekonomi rakyat sendiri.
Sinergi, Bukan Antagonisme
PTS tidak perlu merasa tersisih. Justru inilah momentum untuk meningkatkan kualitas, melakukan kolaborasi, atau bahkan mengadopsi praktik baik dari kampus negeri. Apalagi, PTS memiliki keunggulan fleksibilitas dalam tata kelola dan relasi personal antara dosen dan mahasiswa—suatu nilai tambah yang tidak mudah dimiliki kampus besar. Dengan semangat kolaboratif, baik PTN maupun PTS bisa saling melengkapi dan memperkaya ekosistem pendidikan tinggi di Blora.
Komitmen Pemerintah dan Harapan Masyarakat
Sudah waktunya pemangku kepentingan di Blora memikirkan kepentingan jangka panjang, bukan sekadar rivalitas jangka pendek. Dukungan masyarakat terhadap hadirnya UNY adalah cermin dari kebutuhan riil. Maka, komitmen Pemerintah Kabupaten Blora untuk terus memfasilitasi realisasi kampus UNY, di manapun lokasinya nanti, harus dijaga dan diperkuat.
Langkah Bupati Blora, Dr. H. Arief Rohman, S.IP., M.Si., yang secara aktif menjalin kerja sama dengan perguruan tinggi negeri demi membuka akses pendidikan tinggi di Blora, patut diapresiasi tinggi. Dalam berbagai kesempatan, beliau menegaskan bahwa kehadiran kampus negeri akan menjadi salah satu solusi untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia Blora.
Pendidikan tinggi adalah investasi masa depan. Menolak kehadiran kampus negeri atas dasar kekhawatiran persaingan hanyalah memperpanjang ketimpangan akses dan ketertinggalan. Mari kita buka ruang kerja sama, bukan konflik. Karena pada akhirnya, yang diuntungkan bukan hanya mahasiswa, tapi seluruh masyarakat Blora.Oleh: Dwi Giatno*
_*) Penulis adalah Ketua Umum Pengurus Cabang Ikatan Alumni PMII Kabupaten Blora dan Sekretaris Lakpesdam PCNU Blora_
Oleh: Dwi Giatno*
*) Penulis adalah Ketua Umum Pengurus Cabang Ikatan Alumni PMII Kabupaten Blora dan Sekretaris Lakpesdam PCNU Blora



