Ngawi|Analisajatim.id,– Kebutuhan akan layanan kesehatan yang prima, berkualitas, dan memanusiakan manusia merupakan harapan dasar masyarakat. Namun, kenyataan ini masih dirasa jauh dari harapan oleh sebagian warga Kabupaten Ngawi, Jawa Timur.

Banyak warga justru membandingkan pelayanan kesehatan di daerah mereka dengan kabupaten tetangga di Jawa Tengah, seperti Sragen, yang dinilai lebih unggul dari berbagai sisi.
Hal ini sebagaimana diungkapkan oleh Endang Setyawati, warga Kecamatan Kedunggalar, Ngawi. Ia memilih untuk merawat anak bungsunya yang menjalani operasi amandel (tonsilitis) di RSUD dr. Soehadi Prijonegoro Sragen selama tiga hari.

“Setelah kami pertimbangkan matang-matang, kami putuskan untuk dirawat di RSUD Sragen. Kami trauma karena tahun lalu ponakan saya dirawat di RSUD Ngawi, pelayanannya kurang baik dan bahkan diduga diagnosanya salah. Setelah kami pindahkan ke rumah sakit di Jawa Tengah, diagnosanya berbeda,” jelas Endang.
Ia menambahkan, pengalaman pelayanan di RSUD Sragen sangat memuaskan. Semua lini pelayanan dinilai ramah, mulai dari pemeriksaan poli, perawat di ruang rawat inap Teratai, dokter, staf laboratorium, hingga petugas kebersihan, keamanan, dan parkir.

“Kami benar-benar merasa dimanusiakan. Salah satu perawat kepala ruangan, Bu Ratih, bahkan aktif mendatangi pasien saat ada tindakan medis, memastikan semuanya berjalan baik, dan menyempatkan diri bertanya langsung pada keluarga pasien. Bahkan beliau tidak sungkan memberikan nomor HP pribadi agar mudah dihubungi jika ada keluhan,” kata ibu empat anak ini, Rabu (9/7/2025).
Pantauan awak media juga mendapati kesan pelayanan terbuka di RSUD Sragen. Di gerbang masuk terpampang spanduk besar bertuliskan “Lapor Mas Dir” lengkap dengan nomor WhatsApp Direktur RSUD Sragen (0821-2323-6060), memudahkan masyarakat menyampaikan keluhan secara langsung. Hampir semua pegawai yang ditemui di area rumah sakit pun secara aktif menawarkan bantuan kepada pengunjung yang terlihat bingung atau ragu mencari arah tujuan.
Kondisi ini sangat kontras dengan pelayanan kesehatan di Ngawi yang kerap menuai keluhan masyarakat. “Banyak petugas yang judes dan cuek, bahkan tidak mencerminkan slogan ‘Ngawi Ramah’. Gedungnya memang sekarang bagus dan bersih, tapi kalau pelayanannya tidak ramah, ya sama saja,” ujar sejumlah warga Ngawi seperti Roni, Sutriono, Sriyanto, Wahyu, Bregol, Suliyanto, Boby, Siswanto, dan Pak Jaya.
Mereka berharap agar Pemerintah Kabupaten Ngawi dan seluruh tenaga kesehatan di wilayahnya bisa melakukan pembenahan menyeluruh, khususnya dalam hal sikap pelayanan kepada pasien. Pelayanan yang responsif, ramah, dan humanis menjadi kebutuhan utama masyarakat, bukan hanya tampilan fisik fasilitas.
Masyarakat Ngawi pun berharap, slogan “Ngawi Ramah” bisa diwujudkan secara nyata – tidak hanya menjadi jargon semata, tetapi hadir dalam pelayanan tulus, ikhlas, dan profesional kepada seluruh warga. (Budi)



