Lamongan, Analisajatim.id — Jam menunjukkan pukul 00.10 WIB, Rabu (5/11/2025). Di ujung malam yang masih gelap, dua lampu motor patroli Polsek Karanggeneng tampak menyusuri pelan jalur poros Karanggeneng–Sukodadi. Jalanan sepi, hanya sesekali terdengar suara mesin truk pengangkut sayur yang melintas cepat.
Di balik kaca helm, Aipda Nur Said dan Aipda Herwanto tetap waspada. Malam ini, tugas mereka sederhana namun penting: memastikan desa-desa di wilayah hukum mereka bisa tidur nyenyak.
Bagi kedua personel ini, patroli malam bukan sekadar rutinitas, tetapi bentuk tanggung jawab moral terhadap keamanan warga.
“Jalur ini sering dilewati pemudik atau sopir truk antarprovinsi,” ujar Aipda Nur Said sambil memperlambat laju motor di tikungan tajam dekat pertigaan Sukodadi. “Kalau ada yang mogok atau kecelakaan kecil, kami harus cepat tanggap.”
Tak jauh dari situ, di sebuah warung kopi sederhana yang masih menyala lampu neonnya, sekelompok pemuda tampak asyik bermain kartu sambil menghisap rokok. Aipda Herwanto turun dari motor, mendekat dengan senyum ramah.
“Sudah larut, Nak. Pulang yuk, besok masih ada aktivitas,” katanya lembut tapi tegas.
Tak ada nada menggurui, hanya imbauan hangat dari seorang abang kepada adik-adiknya. Dalam beberapa menit, meja kartu kosong, motor-motor pemuda menyala, dan warkop pun gelap kembali.
Perjalanan kemudian berlanjut ke sejumlah lokasi yang selama ini masuk daftar rawan gangguan Kamtibmas (Guantibmas).
Gudang kosong di pinggir sawah, gang sempit di belakang pasar desa, hingga lapangan bola yang sering jadi tempat nongkrong sampai subuh — semua diperiksa satu per satu.
Hasilnya, tidak ditemukan hal mencurigakan. Hanya angin malam yang membawa aroma tanah basah setelah hujan sore tadi.
“Dua jam keliling, Alhamdulillah aman,” ujar Aipda Nur Said saat kembali ke markas sekitar pukul 02.30 WIB. “Tidak ada laporan kejadian, tidak ada pelanggaran. Yang penting, anak-anak muda tadi sudah pada pulang.”
Di balik kesunyian malam, patroli seperti ini adalah bentuk nyata kehadiran negara di tengah masyarakat. Bukan dengan sirene keras atau razia besar-besaran, melainkan dengan sapaan hangat, imbauan santun, dan langkah kaki yang tak lelah menjelajah gelap.
Bagi warga Karanggeneng, dua lampu motor yang melintas pelan di dini hari itu bukan sekadar rutinitas.
Itu adalah simbol rasa aman — tanda bahwa malam mereka dijaga, dan fajar akan menyingsing dengan damai.
📍Reporter: Analisa
✍️ Editor: Nur

















