Analisajatim.id|Lamongan, – Memasuki puncak musim hujan, anggota jaga Polsek Karanggeneng langsung turun ke lapangan melaksanakan patroli khusus wilayah rawan bencana di Dusun Glogok, Desa Sumberwudi, Kecamatan Karanggeneng, pada Kamis (20/11/2025) mulai pukul 10.00 WIB hingga selesai.
Dusun Glogok selama ini dikenal sebagai salah satu “kantong rawan” longsor dan banjir bandang di Lamongan bagian barat. Lereng-lereng curam, saluran air yang kerap tersumbat, serta pemukiman yang menempel di tepi sungai kecil menjadi kombinasi mematikan ketika hujan deras mengguyur berjam-jam.

Petugas jaga yang terjun kali ini langsung menyisir jalan-jalan kampung, tepian sungai, dan titik-titik longsor lama sambil bertegur sapa dengan warga. Pesan kamtibmas dan kesiapsiagaan bencana disampaikan dari rumah ke rumah.“Kami ingatkan warga agar segera membersihkan saluran air depan rumah, tidak membuang sampah sembarangan, dan menyiapkan tas siaga bencana.
Kalau tanah sudah gerak atau air mulai naik drastis, jangan tunggu lama – langsung mengungsi ke tempat yang lebih aman,” tegas salah satu petugas jaga kepada warga yang ditemui.Selain dialogis, petugas juga memeriksa kondisi talut-talut penahan tanah, jembatan kecil, dan titik-titik longsor tahun lalu.
Beberapa titik kritis langsung diberi tanda peringatan sementara menggunakan police line dan papan imbauan darurat.“Kami laporkan semua temuan ke pimpinan dan akan koordinasi dengan BPBD Lamongan serta Muspika Karanggeneng agar secepatnya ada tindakan pencegahan fisik.
Yang paling penting sekarang adalah kesadaran warga,” tambah petugas lainnya.Kapolsek Karanggeneng menegaskan bahwa patroli rawan bencana seperti ini akan dilakukan setiap hari selama musim hujan, terutama di Dusun Glogok, Dusun Krajan, dan beberapa dusun lain yang memiliki riwayat bencana serupa.
Warga diimbau tetap waspada, saling mengingatkan tetangga, dan segera menghubungi posko Polsek Karanggeneng atau call center 110 bila melihat tanda-tanda bahaya seperti retakan tanah baru, pohon yang miring mendadak, atau air keruh yang mengalir deras dari atas bukit.“Nyawa lebih mahal dari apa pun. Jangan sampai baru sadar setelah bencana datang,” pungkasnya.
Reporter: Analisa
Editor: Nur

















