Analisajatim.id ( Lamongan),- Musabaqah Qira’atil Kutub Nasional (MQKN) sebagai ajang kompetisi untuk menguji kemampuan para santri dan maha santri dalam membaca, memahami, dan menterjemahkan kandungan kitab kuning yang menjadi rujukan pembelajaran di pesantren resmi ditutup oleh Wakil Mentri Agama RI Saiful Rahmat Dasuki, Senin (17/7/2023) malam, di Pondok Pesantren Sunan Drajat, Lamongan.
Kembali hadirnya MQKN 2023 yang diikuti 34 khafilan provinsi dan 1 khafilah tuan rumah, dengan tingkatan atau marhalah Ula, Wustha, Ulya, serta Ma’had Aly, dari kategori fiqih, nahwu, ahlaq, tarih, tafsir, ilmu tafsir, hadis, ilmu hadis, balaghah, bahtsul kutub, debat qanun, lalaran nadham imrithi tasrifiyah dan lalaran nadham alfiyan ibnu malik, menobatkan kafilah Provinsi Jawa Tengah menjadi juara umum MQKN 2023, yang disusul kafilah Jawa Timur, Jawa barat, Sumatra utara, Aceh, Sumatra Barat, Daerah Istimewa Yogjakarta, Riau, Lampung, dan Sumatra Selatan.
Sedangkan, juara umum kafilah Ma’had Aly disandang kafilah Ma’had Aly Mambaul Ma’arif Denanyar Jombang, dilanjut Ma’had Aly Pesantren Al Munawwarah Kota Pekanbaru Riau, dan Ma’had Aly Aly Sengkang Wajo Sulawesi Selatan. Sementara, berdasarkan rekening terdapat tiga pesantren yang memperoleh juara 1 terbanyak yaitu Madrasah Hidayatul Mubtadiin Pesantren Lirboyo Kediri Jawa Timur, Pesantren Roudlotul Ulum Guyangan Pati Jawa Tengah, dan Pesantren Darul Ulum Amsilati Bangsi Jepara Jawa Tengah.
Setelah dibuka sejak 11 Juli lalu, sebanyak 2.195 santri pesantren, mahasantri, official pondok pesantren, serta Ma’had Aly dari seluruh provinsi di Indonesia hadir di Lamongan.
Menurut Bupati Lamongan, Yuhronur Efendi, berlangsungnya kegiatan ini mampu memberikan multiplayer efek pada aktivitas sosial, ekonomi, masyarakat Lamongan, khususnya bagi kalangan santri. Terlebih, momen ini menjadi spirit penguatan agama islam di Lamongan.
“Ini adalah sebuah kehormatan dan menjadi spirit bagi kami untuk terus menguatkan syiar Islam dalam rangka akselerasi meningkatkan desain sumber daya manusia,” tutur Bupati Yuhronur.
Sebelum melepas para kafilah dari berbagai provinsi, Bupati Lamongan memperkenalkan berbagai makanan maupun potensi Lamongan yang dapat dinikmati sebelum meninggalkan Lanongam.
“Senyampang berada di Kabupaten Lamongan luangkan waktu untuk bisa berkunjung di beberapa destinasi wisata, kuliner, serta produk-produk UMKM Lamongan, misalnya ke Wisata Bahari Lamongan, ke Pesarean Sunan Drajat, Pesarean Syekh Maulana Ishaq, Sunan Sendang Duwur, dan tentu masih banyak hal yang lainnya,” ajak Bupati.
Sependapat dengan hal tersebut, Wamen Agama RI Saiful Rahmat Dasuki mengatakan, Lamongan yang kental dengan kuliner memberikan branding tersendiri bagi masyarakat nusantara.
“Kalau mendengar nama Lamongan pasti lebih kental dengan wisata kulinernya, di Jakarta kita akan selalu teringat dengan Soto Lamongan begitu juga dengan Pecel Lele, tukang pecel lele Pak Bupati kalau ada ruko baru di Jakarta, siang pagi bekerja malamnya pasti jadi tukang pecel lele. Dan lele ini juga filosofi hewan yang cukup kuat, cukup handal, hewan yang mampu bertahan hidup dengan kondisi yang sangat tertekan dan ini juga menjadi filosofi orang-orang Lamongan di Jakarta ini,” tutur Wamen yang baru saja dilantik.
Lebih lanjut, Wamen Saiful Rahmat, saat membacakan sambutan Menteri Agama RI, Yaqut Cholil Qoumas mengatakan, salah satu keikhlasan pesantren yang tidak dimiliki entitas pendidikan lainnya adalah tradisi keilmuannya yang kuat dan mengakar dari generasi ke generasi yang berupa pengajaran kitab kuning atau turats. Menjadi pengajaran yang melestarikan warisan pengetahuan keislaman secara turun-temurun melalui tradisi pembacaan dan pengkajian kitab kuning, menjadikan kitab kuning sebagai sumber rujukan paling otoritatif.
“Tradisi keilmuan berbasis kitab kuning atau turats ini memang khas pesantren dan tidak ditemukan pada entitas pendidikan lainnya, tradisi yang dapat menjamin adanya pembelajaran yang berurutan, berjenjang, dan ketuntasan pada semua bidang ilmu, sesuai dengan pahalanya dalam mentransmisikan substansi kita, pembelajaran di pesantren memegang teguh sanad keilmuan yang jelas dan tersambung,” ujar Wamen Saiful Rahmat.
Dengan mengadopsi berbagai model pembelajaran, Kata Wamen Agama RI, pembelajaran kitab kuning mampu merekonstruksikan dalam spektrum yang lebih luas terutama dalam menjawab berbagai tantangan peradaban serta dinamika yang semakin komplek, yang saat ini telah terjadi perubahan besar dalam peradaban manusia yang ditandai adanya perubahan tatanan politik internasional, perubahan demografi dan prinsip kewarganegaraan, serta perubahan pada standar norma-norma.
“Rekonteksualisasi kitab turats, bisa menjawab berbagai kebutuhan masyarakat modern saat ini khususnya kalangan muda perkotaan di mana mereka lebih berminat belajar agama melalui potongan konten-konten yang beredar di media sosial dengan merujuk kepada sosok pabrik figur yang sebenarnya tidak memiliki kapasitas dan kompetensi keilmuan dalam menyampaikan pesan-pesan ajaran agama, rekontekstualisasi kitab kuning juga sebagai ikhtiar untuk merajut kerukunan Harmoni, memelihara keberagaman,” pungkas Wamen Saiful Rahmat.(indra)