Lamongan|AnalisaJatim.id, – Kapolres Lamongan AKBP Bobby A. Condroputra, S.H., S.I.K., M.Si. memimpin rapat koordinasi mitigasi bencana di wilayah Kabupaten Lamongan, yang digelar di Ruang Rupatama Tathya Dharaka Polres Lamongan, Kamis (19/09).
Kegiatan rapat dihadiri oleh Kepala BPBD Lamongan, Joko Raharjo, para Pejabat Utama (PJU) Polres Lamongan, Kapolsek jajaran, serta perwira Bag/Sat/Sie Polres Lamongan.
Dalam sambutannya, Kapolres Lamongan menegaskan kesiapan Polres Lamongan untuk bekerja sama dengan BPBD dalam menghadapi berbagai potensi bencana alam yang mengancam wilayah tersebut.
“Bencana alam merupakan ancaman nyata yang bisa terjadi kapan saja, termasuk di wilayah kita. Oleh karena itu, kesiapsiagaan merupakan hal yang sangat penting,” tegas Kapolres.
Beliau juga menambahkan bahwa menurut informasi dari BMKG Jawa Timur, wilayah Lamongan saat ini tengah mengalami cuaca pancaroba yang meningkatkan risiko terjadinya bencana, terutama di sekitar Sungai Bengawan Solo.
Daerah Bengawan Jero menjadi salah satu wilayah yang sering terdampak banjir. Selain itu, terdapat empat jenis bencana yang rawan terjadi di Lamongan, yakni longsor, banjir, banjir rob, dan kebakaran hutan serta lahan (karhutla).
Kapolres menekankan pentingnya mengambil langkah-langkah preventif untuk mengurangi risiko bencana, baik yang disebabkan oleh faktor manusia maupun faktor alam.
“Kami juga akan mendirikan posko di wilayah-wilayah rawan bencana untuk mengoptimalkan kinerja dan memudahkan koordinasi. Selain itu, kami akan memberikan nomor telepon darurat untuk mempermudah masyarakat melaporkan kejadian bencana serta memasang tanda petunjuk menuju lokasi yang aman,” lanjutnya.
Dalam kesempatan yang sama, Kepala BPBD Lamongan, Joko Raharjo, memaparkan bahwa suhu di Lamongan mencapai 37°C, yang merupakan suhu tertinggi di Jawa Timur.
“Bencana tidak bisa kita prediksi dan sering kali terjadi di lokasi yang sama. Ada sembilan potensi bencana yang bisa terjadi di Lamongan, dengan banjir genangan dan banjir bandang menjadi ancaman utama, meskipun potensi banjir bandang cukup minim,” jelasnya.
Ia juga mengingatkan bahwa gempa bumi merupakan bencana yang tidak dapat diprediksi, sehingga kesiapsiagaan sangat penting untuk melindungi masyarakat.
Terkait kekeringan, beliau menyampaikan bahwa kekeringan di Lamongan mulai terjadi pada akhir Juli 2024, mundur sekitar 1,5 bulan dibandingkan tahun sebelumnya. Potensi kebakaran di tahun ini juga mengalami penurunan, meskipun masih ada risiko, terutama yang disebabkan oleh puntung rokok.
Beberapa wilayah yang rawan banjir di tahun 2024, termasuk Desa Pajangan di Kecamatan Sukodadi yang rawan angin kencang dan puting beliung saat pancaroba. BPBD juga telah menyiapkan pompa air untuk menangani potensi banjir yang mungkin terjadi.
Rapat ini menegaskan pentingnya koordinasi antara Polres Lamongan, BPBD, dan instansi terkait dalam menghadapi potensi bencana di wilayah Kabupaten Lamongan demi keselamatan masyarakat.tutupnya ( HM).