Ngawi, Analisa jatim. Id, sungguh miris lembaga sekolah satu ini, mendapat proyek dari anggaran negara ratusan juta bahkan menyentuh angka hampir 700 juta Rupiah, tepatnya Rp 695.618.461 diduga menggunakan material pasir jelek mirip pasir urug yang tentu selain harganya murah, juga berbahaya pada kualitas/ kekokohan bangunan nanti, kelak keselamatan anak – anak dipertaruhkan.
Adalah SDN Kedungharjo 2 kecamatan Mantingan kabupaten Ngawi Jawa – Timur, pada tahun ini dalam tahap pengerjaan proyek revitalisasi gedung sekolah dari kementerian dasar dan menengah Republik Indonesia, dari hasil investigasi dilapangan diketemukan penggunaan material pasir untuk adukan plester juga cor mirip pasir urug, terlihat warna pasir putih, menggumpal keras, dan saat diambil dengan jari tangan sangat alot keras , harus menggunakan tenaga extra ketika menyomot, serasa nyuil padas.


Tidak hanya itu diketemukan tidak adanya susunan panitia, tidak terpasang rab, gambar, tidak ada direksi kit, tidak ada rambu – rambu keselamatan dan kesehatan kerja ( K3), pekerja tidak menggunakan alat pelindung diri, seperti sepatu boot, sarung tangan, rompi, juga helm. Di lokasi juga tidak dipasang sekat pengaman proyek,padahal banyak murid – murid bermain di lokasi, yang tentu bisa membahayakan karena banyak besi, pecahan bahan bangunan, kayu, dan lubang bekas galian.


Semen dari merk Merdeka yang kisaran harga dipasaran sekitar 43 ribuan per sak, padahal pagunya sekitar 55 ribuan per sak.
KS Lauren Tri Julianto, saat dikonfirmasi di lokasi Jumat, 18/9/25 di lokasi bersikeras kalau pasir yang dibelinya adalah pasir kualitas super ( Blitar / Merapi), ” Saya beli ditoko 2 juta rupiah per dam truk, tak telponkan tokonya gimana?, ” dalih KS yang hari itu sertijab dengan KS baru, Erna wahyuningrum.
KS juga mengatakan kalau semua sudah sepengetahuan konsultan teknik Danang St, ” setiap material yang datang sudah sepengetahuan ya, jadi kami tinggal melaksanakan saja, ” kelit KS.
” Setelah hari ini monggo nanti ke bu Erna, namun saya masih membantu mendampingi sampai selesai, ” tambahnya.
Lauren juga berkilah kalau semua nanti akan dihendel oleh kepala dinas ( kadin) pendidikan kabupaten Ngawi Kabul, ” Kemarin rapat di dinas hasilnya ya seperti itu, ” pungkasnya.
Tentu banyak publik mempertanyakan kualitas pasir yang digunakan, banyak yang menyebut itu pasir urug yang banyak padasnya. Bahkan Hariyadi ST, konsultan senior saat diminta tanggapannya berkomentar kalau jenis pasir tidak layak, ” pasir ladek, gak masuk…, ” statementnya singkat dan tegas.
Konsultan kawakan Ngawi yang masih eksis itu juga membagikan tips untuk mengetes kualitas pasir, dengan cara sederhana, gampang, semua orang bisa.
Untuk diketahui bahwa penggunaan pasir pada proyek pemerintah berpedoman pada standar nasional Indonesia ( SNI), mengacu pada SK SNI- S-04-1989-f. 28, pasir harus terdiri dari butiran tajam dan keras, tidak mengandung lebih dari 5% lumpur, susunan pasir memiliki modulus kehalusan tingkat tertentu, pasir harus memiliki reaksi negatif terhadap alkali untuk beton dengan keawetan yang tinggi, dst. Tentu harga pasir yang jelek atau jenis urug lebih murah dari pasir berkualitas standart, publik bisa menilai tingkat keawetan hasil bangunan, pasir kualitas rendah harga murah, bangunan akan cepat rusak dan hancur. ( Budi / tim)



