Ngawi || Analisajatim.id,- SLB atau sekolah luar biasa adalah lembaga pendidikan untuk mendidik anak yang berkebutuhan khusus, agar bisa mengenyam pendidikan sesuai dengan kebutuhannya.
Sekolah ini tentu mendapatkan pelayanan berupa bantuan keuangan BOS ( bantuan operasional sekolah ) yang lebih besar dari sekolah biasa, dan juga mendapatkan bantuan program kartu Indonesia pintar atau KIP pada siswa dari keluarga miskin.Seperti yang ada di SLBN Dr.Radjiman widyodiningrat Ngrambe.
Namun dari hasil investigasi diketemukan kejanggalan pada penggunaan dana BOS, dan informasi dari wali – murid yang menyebut penerimaan KIP digilir, ” jadi misalnya kemaren kita menerima, tapi tahap penerimaan berikutnya tidak menerima, alasan dari sekolah katanya digilir untuk siswa yang tidak mendapatkan bantuan itu, padahal jelas – jelas anak kita pemegang kartunya, bahkan berprestasi, ” ungkap seorang wali murid Kamis 29/2/24 dengandiamini oleh wali – murid yang lain.
Selain itu, banyak orang tua siswa yang mengeluh tiap ada kegiatan atau karya, murid masih dimintai iuran, ” ya sering seperti itu, sebenarnya berat, karena dari segi ekonomi kita memang kurang mampu, tapi bagaimana lagi..,” tambah mereka.
Kepala sekolah SLB Ngrambe, Yitno, ketika dikonfirmasi di sekolah berdalih itu hanya mis saja, ” memang kita belum sosialisasikan, itu bukan digilir, memang dari sananya yang keluar seperti itu, yang murid baru malah dapat, sedang yang lama belum dapat”, katanya.
Terkait iuran untuk kegiatan atau karya siswa ditarik dana, diakui oleh kepala sekolah bahwa jika tidak demikian dan cuma mengandalkan dana BOS tidak akan cukup. Namun ketika ditanya berapa besaran dana BOS persiswa Yitno mengaku tidak mengetahuinya,” yang tau bendahara, kalau saya butuh misalnya untuk perjalanan dinas, ya tinggal minta saja, ” kelitnya.
Untuk diketahui bahwa SLB Ngrambe terdiri dari siswa tingkatan SD, SMP, dan SMA, sedang data yang berhasil dihimpun dari online BOS Kemendikbud, besaran dana yang diterima mulai dari 3,5 juta, sampa7,94 juta Rupiah per siswa,angka yang cukup besar jauh diatas sekolah biasa.
Abdul Arifin dari Aliansi badan penelitian aset negara menyayangkan hal itu terjadi, “SLB Ngrambe tidak tranparant,terbukti tidak adanya papan transparansi penggunaan dana BOS yang sedemikian besar, hingga seorang pimpinan sekolah tidak mengetahui berapa besaran dana yang diterima per murid, ini janggal. Dan murid jelas pemegang kartu KIP harusnya menerima bantuan uang namun sekolah beralasan digilir pada yang belum menerima, ini anggaran negara Lo.. harus transparant, apalagi yang KIP itu bantuan siswa miskin” jelas Arifin sambil mengatakan akan mengawal kasus ini sampai jelas dan tuntas. ( Budi )